Kisah Madonna, Sarjana Mengajar 7 Mata Pelajaran di SMK
Maklum, di daerah khatulistiwa matahari memang terasa begitu membakar kulit. Namun, melewati hutan bukan berarti tanpa halangan.
Sepanjang jalan mereka dihantui kemunculan ular. ‘’Takut kalau dipatok,’’ ujar sulung tiga bersaudara itu.
Bila hujan, jalanan yang dilewati pastilah becek. Tanah di sana merupakan tanah merah yang jika terkena air berubah menjadi licin.
Sepatu bot adalah peranti wajib. Sampai ke sekolah harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum mengajar. Murid-murid pun melakukan hal serupa.
Hujan di sana sering disertai badai. Jika sudah begitu, siswa pasti malas sekolah. ‘’Seperti tradisi, jika hujan badai sekolah libur dengan sendirinya,’’ terangnya.
Jika sudah badai, satu sekolah tak lebih dari 20 siswa yang masuk. Itu pun mereka ogah-ogahan belajar. Menumbuhkan semangat belajar siswa jelas bukan perkara mudah. Setiap hari Madonna harus memberikan motivasi.
Sekalipun hujan harus tetap masuk sekolah. Dia tidak mempersoalkan siswa yang datang telat lantaran terhadang hujan.
‘’Sekarang mereka tetap masuk meski hujan. Kendati sampai sekolah pukul 10.00 WITA,’’ jelas putri pasangan Susilo Wratsongko dan Raidta Martiyani itu.
Madonna Susida Ramayanti merupakan peserta program sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T).
- Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Daerah, Astra Gelar FKSB ke-11 di Jakarta
- Kronologi Pelajar SMK Hanyut di Air Terjun Lahat
- Gaming Symposium Jadi Wadah SMK Berkolaborasi Pelaku Industri Gim
- Angka Pengangguran Capai 7,2 Juta, Paling Banyak SMK
- Dinas Pendidikan Jawa Timur Mengapresiasi Program SMK Series TJSL INKA
- Gelar SMK Series, TJSL INKA Tingkatkan Keterampilan Siswa Kejuruan untuk Masuk Dunia Kerja