Kisah Man of The Year yang Sebenarnya (1)
Pribadi Lengkap ala Hoping Ciak Kuping
Rabu, 31 Desember 2008 – 00:19 WIB
Lokasi itu menghadap ke pantai lautan lepas Atlantik, tapi tidak terlalu terbuka karena berada di balik gunung. Perumahan umumnya dalam posisi terbaik menurut ilmu hongsui: bersandar ke gunung, menghadap ke laut. Tapi, para penghuni perumahan eksklusif itu kini hanya bisa bersandar ke nasib. Termasuk nasib harus meninggalkan rumah itu.
Salah seorang penghuninya sudah menghubungi perusahaan penjual rumah untuk pindah sewa apartemen saja. Begitu uangnya hilang, penghuni itu harus mencari sumber untuk hidup. Bahkan, harian setempat menulis cerita yang hampir tidak bisa dipercaya: banyak penghuni yang menjual meubel, pakaian, dan benda antik yang tentu semuanya mahal. Juga bukan cerita sedih karena yang dijual itu bisa jadi bajunya yang ke 100 atau tasnya yang ke-50.
Sebab banyak barang itu, sebagaimana dikisahkan harian tadi, masih ada labelnya. Ini pertanda belum pernah dipakai. Atau kalau toh sudah tidak berlabel, barangkali baru dipakai sekali. Dan harga salah satu baju yang ditawarkan adalah USD 5.000 atau sekitar Rp 60 juta. Maklum, sebagian penghuni kompleks itu menempatkan semua dananya di Bernie. Begitu semua rekening diblokir, toh harus tetap punya uang cash untuk bayar listrik, air, dan fee lapangan golf. Fee-nya saja USD 300.000 atau sekitar Rp 4 miliar.
Yang boleh tinggal di kompleks ini memang orang-orang terpilih. Kaya saja tidak cukup. Harus kaya, dermawan, dan punya reputasi baik. Istilahnya harus in good standing. Kriteria ”reputasi baik” itu adalah mau menunjukkan bukti kekayaan yang sebenarnya. Bahkan, harus menyertakan daftar riwayat hidup khusus: yakni riwayat kedermawanan. Harus dilihat dulu, sudah berapa tahun calon penghuni itu jadi dermawan, ke mana kedemawanannya itu disalurkan dan berapa besarnya.
SIAPA ”Man of The Year” pilihan saya? Pasti ini: Bernard Lawrence Madoff. Panggilan akrabnya Bernie. Pernah disindir dengan nama ”Madman”
BERITA TERKAIT