Kisah Mengharukan Pengabdian Dua Bidan PTT

Lokasi pasien yang dikunjungi Devi cukup jauh dan tanjakannya sangat tajam. Kendaraan Devi dan suaminya tak mampu mendaki.
Devi akhirnya harus berjalan kaki melewati pendakian yang terjal tersebut.
Begitupun dalam hal pembayaran, warga yang datang berobat tak langsung membayar jasanya dengan uang. Banyak warga yang berutang, namun ada juga yang membayar dengan beras.
“Persoalan itu tidak penting bagi saya, yang paling penting sekali adalah memberikan layanan kesehatan yang maksimal kepada warga," tegas Devi.
Cerita yang sama juga diutarakan Dea Lita Nilski, bidan PTT yang masih lajang dan bertugas di Lubukbesar, Kecamatan Kotobesar.
Baginya menempuh medan yang sulit dalam memberikan layanan kepada warga bukanlah yang patut dipersoalkan.
"Saya ikhlas melaksanakan hal tersebut, walau banyak kendala di lapangan,” ujar alumni Stikes Dharmasraya ini.
Katanya, sebagian warga, tidak setuju dengan keberadaan bidan desa dan tetap memilih dukun anak untuk memberikan pengobatan.
SOSOK Devi Syahril dan Dea Lita Nilski bisa dibilang merupakan wanita tangguh. Keduanya tetap bertahan melanjutkan pengabdiannya di daerah terpencil
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu