Kisah Mengharukan Pengabdian Dua Bidan PTT
“Hari ini, mereka masih menjadikan dukun sebagai prioritas utama dalam mendapatkan layananan kesehatan. Bahkan kami sering "tidak dianggap".Profesi kami kerap dilecehkan dan dibanding-bandingkan dengan dukun beranak. Warga menganggap dukun beranak lebih hebat dibandingkan bidan desa,” ucapnya.
Dea kembali melanjutkan ceritanya. Saat memberikan pelayanan kesehatan ke pasiennya, ia kerap terjatuh dari sepeda motor.
Sebab, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, ia harus melewati jalan yang rusak parah.
"Saya hanya ingin masyarakat hidup dengan derajat kesehatan yang baik,” ucapnya.
Sebutnya, saat berurusan ke ibukota Kabupaten Dharmasraya, ia harus menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam dengan sepeda motor dengan kondisi jalan yang berlobang-lobang, naik turun dan jalan yang masih tanah.
"Mau diapakan lagi itulah risiko profesi, semuanya harus dilalui," ucap Dea. (***/sam/jpnn)
SOSOK Devi Syahril dan Dea Lita Nilski bisa dibilang merupakan wanita tangguh. Keduanya tetap bertahan melanjutkan pengabdiannya di daerah terpencil
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408