Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2
jpnn.com - SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak.
Namun, dengan keterbatasan fisiknya itu, dia mampu kuliah hingga S-2 dan menjadi dosen tamu di UGM.
SEKARING RATRI, Jogjakarta
Mata Safrina Rovasita lurus tertuju ke monitor notebook pink miliknya. Jarinya menari di atas keyboard dengan lincah. Bukan dengan 10 jari lho, melainkan hanya satu jari. Yakni, jari telunjuk kanannya.
Namun, jangan ditanya soal kecepatan dan akurasi ketikan tangan Safrina. Satu jarinya itu tidak kalah dengan 10 jari orang normal.
Hasil ketikannya pun rapi. Belum lagi, berbicara soal tulisannya: bahasanya menarik dan gampang dicerna.
Tidak mengherankan apabila perempuan 31 tahun tersebut kini dikenal sebagai penulis yang tergabung di komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) Jogjakarta.
Sebenarnya, Nina –panggilan Safrina– ingin bisa mengetik dengan 10 jari. Sayang, kondisinya tidak memungkinkan.
SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak. Namun, dengan keterbatasan
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis