Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2

Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2
Safrina Rovasita (kanan berdiri) bersama murid-muridnya di SLB Yapenas, Yogyakarta. Foto: Sekaring Ratri/JAWA POS

’’Bukan apa-apa. Kalau saya kasih contekan dan nilai mereka lebih bagus, pasti yang dikira nyontek saya karena saya dari SLB,’’ ujar perempuan berjilbab itu.

Nina menambahkan, sebenarnya tanpa perlu memberikan sontekan, teman-teman di kanan kirinya bisa melihat langsung jawaban di kertas ulangan miliknya. 

Sebab, Nina selalu kesulitan ketika menulis dengan pensil maupun bolpoin sehingga tulisannya besar-besar. ’’Jadi, sebenarnya ngelirik dikit saja sudah bisa kelihatan kok isi jawaban saya. Karena tulisan saya besar-besar.’’

Meski begitu, Nina tidak pernah diasingkan teman-temannya. Baru, saat tahun terakhir, dia mengetahui mengapa teman-temannya selalu mendekati dirinya. 

Kedekatan itu ternyata terjadi karena instruksi kepala sekolah. Para murid harus dekat dengan Nina. Yang mengucilkan akan diberi sanksi. 

Mengetahui hal itu, putri pasangan Suprapto dan Masriyah tersebut sempat kecewa kepada sang Kasek. Dia menilai kepala sekolah terlalu campur tangan dalam hubungan antarsiswa. 

Namun, sikap kepala sekolah tersebut di kemudian hari memberikan pelajaran berarti bagi Nina. 

Setelah lulus SMP dengan nilai cukup baik, Nina mendaftar di sekolah negeri. Tapi, tidak ada sekolah negeri yang mau menerima. Akhirnya, Nina diterima di SMA Gama Sleman. 

SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak.  Namun, dengan keterbatasan

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News