Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2

’’Bukan apa-apa. Kalau saya kasih contekan dan nilai mereka lebih bagus, pasti yang dikira nyontek saya karena saya dari SLB,’’ ujar perempuan berjilbab itu.
Nina menambahkan, sebenarnya tanpa perlu memberikan sontekan, teman-teman di kanan kirinya bisa melihat langsung jawaban di kertas ulangan miliknya.
Sebab, Nina selalu kesulitan ketika menulis dengan pensil maupun bolpoin sehingga tulisannya besar-besar. ’’Jadi, sebenarnya ngelirik dikit saja sudah bisa kelihatan kok isi jawaban saya. Karena tulisan saya besar-besar.’’
Meski begitu, Nina tidak pernah diasingkan teman-temannya. Baru, saat tahun terakhir, dia mengetahui mengapa teman-temannya selalu mendekati dirinya.
Kedekatan itu ternyata terjadi karena instruksi kepala sekolah. Para murid harus dekat dengan Nina. Yang mengucilkan akan diberi sanksi.
Mengetahui hal itu, putri pasangan Suprapto dan Masriyah tersebut sempat kecewa kepada sang Kasek. Dia menilai kepala sekolah terlalu campur tangan dalam hubungan antarsiswa.
Namun, sikap kepala sekolah tersebut di kemudian hari memberikan pelajaran berarti bagi Nina.
Setelah lulus SMP dengan nilai cukup baik, Nina mendaftar di sekolah negeri. Tapi, tidak ada sekolah negeri yang mau menerima. Akhirnya, Nina diterima di SMA Gama Sleman.
SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak. Namun, dengan keterbatasan
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu