Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2
Namun, kondisi di sekolah barunya tersebut sangat berbeda dengan ketika dia masih di SMP Negeri 2 Depok.
Prestasi belajar Nina tidak menurun. Dia masih selalu tiga besar di kelas. Namun, keengganan memberikan sontekan membuat dia dikucilkan teman-temannya.
Seluruh teman sekelasnya tidak mau mengajaknya berbicara. Bahkan, ketika Nina sulit membuka botol minum, mereka bergeming.
Begitu pula saat dia harus berganti baju seragam dengan baju olahraga, tidak ada yang mau membantunya.
Namun, Nina tidak lantas bersedih atau putus asa atas kondisi tersebut. Dia mencari akal untuk mengatasi persoalannya. Meski begitu, cobaan yang dihadapi Nina belum berakhir.
Saat ujian nasional (unas), dia harus mengisi lembar jawaban dengan cara menghitamkan lembar jawaban komputer (LJK). Padahal, dia tidak bisa memegang pensil dengan benar.
’’Saya lalu minta relawan pendamping untuk membantu saya mengisikan jawaban. Tapi tidak diperbolehkan oleh sekolah,’’ katanya.
Akibatnya, tahun itu Nina dinyatakan tidak lulus. Tapi, dia tidak patah arang. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi cukup besar. Dia pun menempuh program paket C dan lulus.
SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak. Namun, dengan keterbatasan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara