Kisah Mengharukan Safrina, Penderita Cerebral Palsy, Kuliah Hingga S-2
Karena itu, begitu pendaftaran mahasiswa baru dibuka, dia bisa mendaftar dan bahkan diterima di jurusan PLB Universitas Negeri Yogyakarta.
Selama kuliah, Nina amat fokus. Tak heran bila dia kemudian lulus dalam waktu cepat: 3,5 tahun. Yang menggembirakan, begitu lulus kuliah, Nina langsung diterima kerja di SLB Yapenas Jogjakarta.
Sembari mengajar, dia menyempatkan untuk melanjutkan kuliah S-2 dengan menempuh program master di UIN Sunan Kalijaga.
Di SLB Yapenas, Nina mengajar anak-anak penderita CP seperti dirinya. Selain itu, ada satu murid tunagrahita yang tak lain teman sekelasnya dulu ketika Nina masih bersekolah di SLB.
’’Ya, rasanya agak aneh saja mengajar teman sendiri. Badannya lebih besar dari saya. Saya sudah S-2, dia masih SD,’’ ujarnya, lantas tersenyum.
Nina mengakui, tidak mudah menyandang gelar guru SLB yang juga penderita CP. Banyak yang meragukan dirinya mampu mengajar. Bukan hanya lingkungan sekitar, bahkan anak didiknya pernah mempertanyakan apakah dirinya bisa menjadi guru bagi mereka.
’’Tapi, saya nggak mau menyerah. Saya memang senang mengajar. Saya ingin membuktikan bahwa tidak semua anak CP itu bodoh. Saya ingin menggali potensi anak-anak CP. Buktinya, secara akademis saya tidak mengalami masalah,’’ tandas dia. (*/c5/ari)
Safrina Rovasita
SECARA fisik, Safrina Rovasita menderita cerebral palsy (CP) alias kelainan gerak dan postur tubuh akibat kerusakan otak. Namun, dengan keterbatasan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara