Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Aku Lihat Suamiku Dikeroyok, lalu Dia Menghilang
Rabu, 09 Februari 2011 – 08:08 WIB

Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Meski Matori dikenal sebagai penganut Ahmadiyah, warga tak pernah mengusik dia, apalagi mengganggu. "Bagi kami, asal tidak mengumpulkan orang atau membuat pengajian sendiri, kami tidak akan mengganggu," kata Badriyah, yang diamini beberapa warga lainnya, saat mengobrol dengan Jawa Pos kemarin (8/2).
Ketika kemarin Jawa Pos mendatangi rumah Matori, suasananya sepi mamring. Sejak pembantaian berdarah yang merenggut empat nyawa jamaah Ahmadiyah itu, semua anggota keluarga Matori menghilang bak ditelan bumi. "Saya pun hingga sekarang tidak tahu ke mana bapak saya pergi. Saya juga tidak tahu ke mana suami saya berada sejak penyerangan itu," tutur Nayati.
Perempuan 35 tahun itu adalah adik kandung Suparman. Sehari-harinya dia tinggal di rumah Matori bersama suaminya, Udin, 25. Rumah Matori hanya berjarak sekitar 10 meter dari rumah Suparman. Udin adalah suami ketiga Nayati. Dari tiga suami tersebut, Nayati dikaruniai empat anak.
"Saya sudah mencari suami saya (Udin) ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Kata polisi, saya disuruh ke rumah sakit Serang. Tapi, itu kan jauh. Butuh perjalanan setengah hari. Sementara saya nggak punya duit," ujar Nayati memelas.
Minggu pagi lalu (6/2) menjadi hari memilukan yang tak akan pernah dilupakan Nayati. Dia adalah salah seorang saksi hidup peristiwa penyerangan ribuan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu