Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Aku Lihat Suamiku Dikeroyok, lalu Dia Menghilang
Rabu, 09 Februari 2011 – 08:08 WIB
Ada kabar dari tetangganya bahwa suami Nayati telah meninggal. Tetapi, dia tidak percaya karena polisi menyatakan tidak menemukan jasad suaminya.
Hingga kini, dikabarkan bahwa empat jamaah Ahmadiyah tewas dalam tragedi berdarah tersebut. Dua orang di antara mereka adalah saudara kandung Suparman. Suparman adalah sulung di antara delapan bersaudara. Dua yang tewas itu adalah Mulyadi (bungsu) dan Tarno (nomor dua). Korban tewas ketiga adalah Roni yang diduga jamaah Ahmadiyah asal Jakarta. Korban tewas keempat dilaporkan kemarin setelah dirujuk ke RS Pertamina Jakarta. Namanya Deden.
Nayati berharap, suaminya masih hidup. "Waktu kejadian saya sempat melihat dari jauh suami saya dipukuli, disabet celurit, hingga kena pipi dan mukanya. Masya Allah!!! Mengapa orang-orang yang ngaku Islam bisa sekeji itu," ujarnya lirih.
Tidak hanya disayat-sayat dengan pedang, banyak juga jamaah Ahmadiyah yang ditimpuk dengan batu meskipun sudah terkapar di tanah. Sementara anggota Ahmadiyah lain yang lari tunggang langgang lewat belakang rumah terus dikejar hingga persawahan. "Saya lihat ada yang ditombak," ujarnya, masih dengan nada lirih.
Minggu pagi lalu (6/2) menjadi hari memilukan yang tak akan pernah dilupakan Nayati. Dia adalah salah seorang saksi hidup peristiwa penyerangan ribuan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408