Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang

Aku Lihat Suamiku Dikeroyok, lalu Dia Menghilang

Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
Kisah Nayati, Saksi Hidup Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang
 

Nayati yang tidak tega menyaksikan pembunuhan atas keluarga dan anggota jamaah Ahmadiyah lainnya itu lantas melarikan diri masuk ke rumah bapaknya. Untung, warga yang sedang marah tidak melanjutkan aksinya ke rumah bapaknya itu.

 

Nayati dan anggota keluarga Matori yang lain hanya bisa melihat kerusuhan di rumah Suparman dari balik kaca. Setelah polisi datang dengan personel lebih banyak, Matori, istri, dan saudara-saudara Nayati yang lain meninggalkan rumah. Nayati saat itu tidak bisa pergi karena harus mencari anaknya yang paling kecil, Lina, 8.

 

Dia membantah bahwa anggota Ahmadiyah yang datang dari luar daerah pagi itu bersiap untuk perang. Sebab, dia tidak melihat mereka membawa senjata-senjata tajam seperti yang diungkapkan warga. "Ada yang petentang-petenteng bawa golok itu adik saya, Yadi (Mulyadi). Dia memang mau ke sawah mengambil singkong buat tamu-tamu yang datang," ujarnya.

 

Kayu-kayu yang katanya untuk melawan warga, menurut Nayati, itu memang sudah ada di dapur rumah Suparman untuk bahan bakar kompor tanah. Dia menduga, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membenturkan jamaah Ahmadiyah dengan warga sekitar. "Mereka itu juga yang membuat isu bahwa kami melawan warga," tuturnya.

Minggu pagi lalu (6/2) menjadi hari memilukan yang tak akan pernah dilupakan Nayati. Dia adalah salah seorang saksi hidup peristiwa penyerangan ribuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News