Kisah Ngeri Pengungsi Rohingya, Saling Bunuh di Kapal, yang Takut Berkelahi Nyebur ke Laut
’’Ada 93 orang Myanmar yang terbunuh. Sembilan di antaranya perempuan. Mayat-mayat yang masih di atas dek langsung dibuang ke laut,’’ jelas Ali.
Menurut Maynubbin, 23, pengungsi Bangladesh, sebenarnya persoalan yang menyulut perkelahian itu hanya sepele. Orang Bangladesh meminta air minum, namun tidak diberi.
’’Jika mereka (Myanmar, Red) memberi kami air, hal itu tidak akan terjadi. Sebab, sebelumnya kami berhubungan baik di atas kapal. Sungguh menyedihkan, kami saling membunuh karena hal sepele. Ada sekitar 50 orang Bangla yang tewas gara-gara kejadian itu,’’ ucap Maynubbin yang mengaku memilih mencebur ke laut daripada bertarung di atas kapal.
Di antara puluhan anak yang menyaksikan kengerian di atas kapal itu, Jamal Husein, 8, hanya bisa menangis dan bersembunyi di balik kayu di dekat ruang kapten. Dia menangis sambil mendekap adiknya, Rizuana, 3, yang ketakutan.
Dalam tawuran masal di kapal itu, ayah, ibu, dan dua saudara Jamal terbunuh oleh amukan orang Bangladesh. Mayat mereka di buang ke laut. Bahkan, memori Jamal masih ingat dengan sangat dalam adegan per adegan.
’’Mereka memukul ayahku dengan kayu dan pisau. Ibu dan saudaraku yang berusaha menyelamatkan ayah dibunuh juga oleh mereka. Setelah keluargaku meninggal, mereka membuang mayatnya di laut,’’ ungkap Jamal lirih seperti diterjemahkan Ali.
’’Saya hanya bisa menangis dan menangis mengingat ayah dan ibu,’’ lanjutnya memelas.
Zaqiz Hussein dan Nomu Begum, orang tua Jamal, adalah pasangan petani miskin di Pompaja, Myanmar. Dengan modal nekat, Zaqiz hendak membawa istri dan empat anaknya merantau ke Malaysia. Mencari kehidupan baru. Tetapi, siapa sangka, nasib telah memisahkan mereka dari dua anak mereka yang masih kecil-kecil.
BANYAK cerita di balik terdamparnya para pengungsi Rohingya, Myanmar, yang kini ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Langsa, Aceh Utara. Tidak hanya
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala