Kisah Pak Ngadiman, 118 Kali Donor Darah, 34 Tahun Harus Melawan Rasa Takut
Penghargaan itu diberikan atas dedikasi dan pengorbanannya membantu sesama melalui donor darah.
"Saya senang sekali dan menjadi semakin semangat untuk donor darah, apalagi saat pandemi Covid-19, seperti sekarang ini," ucap Ngadiman.
Apalagi dia khawatir pandemi corona membuat jumlah donor darah berkurang, sehingga dia merasa perlu mengambil peran.
Sejak awal pandemi, Ngadiman juga terlibat aktif dalam aksi penyemprotan desinfektan, hingga menyosialisasikan program sosialisasi Covid-19 yang dilakukan oleh PMI Kabupaten Banjarnegara.
Ngadiman tetap bersemangat menjalani pekerjaan hingga aksi kemanusiaan, meskipun harus melawan rasa takut.
Apalagi di era pandemi, ketakutannya tidak hanya terhadap jarum suntik, tetapi juga tertular oleh virus corona.
"Saat donor masih merasa takut dengan jarum suntik dan saat mengendarai mobil ambulans atau mobil jenazah kadang juga merasa takut, misalkan takut terpapar Covid-19," kata Ngadiman.
"Atau juga takut saat dalam mobil yang dikendarai membawa jenazah yang merupakan korban hanyut atau tenggelam," lanjutnya.
Pak Ngadiman merupakan sopir mobil ambulans dan mobil jenazah milik PMI Kabupaten Banjarnegara.
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng
- Satu Keluarga di Bruno Purworejo Tertimbun Longsor, 3 Orang Meninggal
- PMI yang Jadi Korban Pembunuhan di Hongkong Dipulangkan ke Tanah Air
- Menteri Karding Tugaskan Anak Buah Bantu Mila Dapatkan Ijazah Ditahan Penyalur PMI
- Dambakan Pembangunan di Jateng, Pemuda Solo Dukung Luthfi-Taj Yasin
- Anggap ASN di Boyolali Tak Netral, Tim Pengawal Demokrasi Somasi Plt BKN