Kisah Panjang Perjuangan Pulau Wawonii Melawan Tambang yang Belum Selesai

Kisah Panjang Perjuangan Pulau Wawonii Melawan Tambang yang Belum Selesai
Ilustrasi tambang tembaga. Foto: ANTARA/Reuters

"Tiba -tiba saja muncul, awalnya dari kaki, telapak kaki, kemudian di jari-jari, ... barulah dari situ mulai naik ke paha terus sampai kepalanya," ujar ibu dari Abian, yang belum berusia dua tahun.

Karena tidak tahu pasti apa penyebabnya, Ristan mengobati anaknya secara sporadis.

"Saya beli saja [obat-obat penghilang gatal] di apotek ... ini salep yang paling mempan sekarang, kalau tidak mempan saya kasih obat yang lain, kalau tidak mempan lagi, saya kasih yang ini," kata Ristan sambil menunjukkan beragam obat-obatan yang ia miliki.

Penyakit gatal-gatal ini sudah umum di beberapa desa di Wawonii, seperti desa Mosolo Raya, Sinar Mas, dan Sinar Ulu.

Sejumlah anak yang kami temui juga mengalami keluhan yang sama sejak setahun yang lalu.

"Saya tidak begitu yakin juga apakah air yang tercemar penyebabnya, tapi air yang saya pakai untuk mandi sekarang selalu saya masak," kata Ristan.

Dekarno, warga dari Mosolo Raya, yang juga aktif mendampingi warga menilai penyakit gatal-gatal ini ada setelah masuknya perusahaan tambang.

"Air kami kan dari atas [wilayah penambangan], ini banyak dikeluhkan ibu-ibu, kok tiba-tiba kotor, padahal selama saya hidup di sini tidak pernah sebelumnya ada kejadian seperti itu."    

Sebagai wilayah penghasil nikel terbesar di Indonesia, Sulawesi Tenggara telah menjadi arena eksplorasi tambang dan industri pengolahan nikel yang dianggap akan menyejahterakan warga

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News