Kisah Para Duta Besar yang Bertugas di Negara-Negara 'Miskin' (1)

Di Timor Leste, Eddy Ditodong Preman

Kisah Para Duta Besar yang Bertugas di Negara-Negara 'Miskin' (1)
Dubes RI untuk Timor Leste, Eddy Setiabudhi. Foto : Zulham M/JAWA POS
Penampilan beberapa perwakilan RI yang bertugas di negara-negara maju seperti di benua Eropa dan Amerika Serikat tampak lebih "mengkilat" daripada rekan-rekan mereka yang bertugas di negara-negara Afrika dan Asia. Sebaliknya, mereka yang bertugas di negara-negara berkembang atau di negara-negara miskin tampak lebih low profile. Penampilan mereka juga terkesan biasa-biasa saja.

 

Misalnya, Agus Mursito. Dia merupakan duta besar Indonesia yang bertugas di Paramaribo, Suriname. Menurut dia, bertugas di negara tertentu memang bisa memengaruhi pola berpikir dan kebiasaan seorang diplomat. "Tapi, ada satu hal yang membuat kita semua sama. Yakni, nasionalisme. Semakin Anda jauh dari tanah kelahiran, rasa (nasionalisme) itu akan semakin teruji dan terasah," ujar pria kelahiran 6 September 1953 tersebut.

 

Agus lantas menceritakan pengalamannya bertugas di negara yang merdeka pada 25 November 1975 itu. Suriname, kata dia, memiliki hubungan emosional yang dekat dengan Indonesia. Bagi pemerintah Suriname, Indonesia merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaannya. Selain itu, mayoritas warga imigran di Suriname adalah keturunan Jawa. Karena itu, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa nasional yang digunakan dalam berniaga dan berpolitik.

 

"Jadi, saya yang sudah memiliki basic bahasa Belanda lebih sering menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan warga setempat dan itu sangat meringankan tugas saya," ujar Agus yang asli Magelang, Jawa Tengah, tersebut.

 

Menjadi diplomat di luar negeri tak selalu identik dengan gaya hidup glamor dan bergelimang fasilitas. Setidaknya, inilah yang dirasakan beberapa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News