Kisah Para Duta Besar yang Bertugas di Negara-Negara 'Miskin' (1)
Di Timor Leste, Eddy Ditodong Preman
Jumat, 19 Februari 2010 – 01:26 WIB
Karena kedekatan historis itulah, tugas Agus menggalang diplomasi menjadi lebih mudah. Apalagi, cukup banyak masyarakat Jawa di Suriname yang menjaga tradisi Jawa. Misalnya, pada 9 Agustus mendatang, mereka akan memperingati hari pendaratan imigran Jawa pertama di Suriname pada 120 tahun lalu.
"Lazimnya, itu akan diperingati besar-besaran. Apalagi, November tahun ini juga akan diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Ke-35 Suriname. Jadi, acaranya pasti lebih meriah," paparnya.
Menariknya, jajaran pemerintah Suriname juga berisi sejumlah warga keturunan Jawa. Di antaranya kini duduk menjadi menteri sosial dan ketua parlemen Suriname. Dengan 492.829 penduduk, potensi untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam bidang budaya juga semakin mulus karena kedekatan itu. "Yang menarik, ada salah seorang politikus Jawa yang akan maju menjadi presiden Suriname tahun ini. Jika dia berhasil, tentu ini adalah terobosan besar," terang Agus.
Salah satu yang menjadi penanda kedekatan poros Indonesia-Suriname adalah buku silsilah keluarga. Buku itu terdiri atas lima seri yang dibuat menteri dalam negeri Suriname. Dalam buku tersebut, setiap warga keturunan bisa mengetahui asal-usul mereka. Di buku itu dicantumkan foto keluarga, asal-usul, serta nama keluarga dengan lengkap.
Menjadi diplomat di luar negeri tak selalu identik dengan gaya hidup glamor dan bergelimang fasilitas. Setidaknya, inilah yang dirasakan beberapa
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408