Kisah Para Pegawai di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang Terancam Gulung Tikar

Gaji Rp 500 Ribu, Semprot Antijamur Rp 15 Juta

Kisah Para Pegawai di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang Terancam Gulung Tikar
Suasana di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Foto: Fery Pradolo/INDOPOS/JPNN

Berbagai dokumen sastra ada di dalamnya. Ada tulisan tangan penyair Chairil Anwar saat menulis Puisi Malam. Bahkan, terlihat coretan tangannya mengoreksi bait demi bait tulisannya.

Ada juga buku prosa sastra Tionghoa. Di antaranya tulisan Lie Kim Hok berjudul Siti Akbari yang terbit pada 1981 dan tulisan Gouw Peng Liang berjudul Boekoe Tjerita Kaoem Pengkhianat yang dirilis pada 1907. "Sastra Tionghoa bukan cuma cerita silat," kata Ariyani lantas tersenyum.

Masih belum cukup, terdapat buku kumpulan sajak karya W.S. Rendra yang monumental berjudul Sajak-Sajak Sepatu Tua. Dalam buku asli tulisan tangannya itu, terlihat bahwa Rendra awalnya hendak memberikan judul untuk buku itu Djalan Ungaran dan Tempat2 Lainnya. Tulisan itu kemudian dicoret dengan tanda X dan diberi judul kecil di bawahnya seperti yang kemudian banyak dicetak sekarang.

   

Ariyani menuturkan, sebagian besar koleksi PDS masih dalam wujud aslinya. Mulai kliping, tulisan tangan sastrawan, hingga buku-buku terbitan awal karya-karya bersejarah tersebut. Karena itu, ruang tersebut sering berbau lapuk menyengat. Kertas-kertas juga hampir semuanya berwarna cokelat kusam.

Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, terancam gulung tikar. Penyebabnya, subsidi untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News