Kisah Para Pegawai di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang Terancam Gulung Tikar

Gaji Rp 500 Ribu, Semprot Antijamur Rp 15 Juta

Kisah Para Pegawai di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang Terancam Gulung Tikar
Suasana di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Foto: Fery Pradolo/INDOPOS/JPNN

Karena itulah, pengurus PDS sempat mengusulkan agar semua koleksi PDS dikonversi ke media yang lebih permanen, baik berupa CD, film, hingga file-file elektronik. Sebab, jika dibiarkan begitu saja, koleksi itu bisa lapuk dan hilang. "Lagi pula, dalam jangka panjang uang perawatannya jauh lebih mahal daripada biaya konversi," katanya.

Agar koleksi tidak lapuk, pengurus harus rutin menyemprotkan antijamur. Dalam setahun, minimal dua kali. Padahal, biayanya tidak murah. Sekali semprot biayanya Rp 15 juta. "Daripada harus bayar segitu terus, lebih baik dipakai untuk memindahkan ke format dokumen," katanya.

Semprot antijamur plus biaya perawatan lain, kata Ariyani, adalah salah satu pengeluaran terbesar. Biaya karyawan, kata dia, tidak seberapa besar. Mereka saat ini mempekerjakan 14 orang dengan gaji yang tidak terlalu besar. Gajinya antara Rp 500 ribu - Rp 1 juta. "Ini bukan instansi pemerintah atau swasta yang punya profit. Kami juga harus menekan pengeluaran," katanya.

Ariyani menuturkan, untuk hanya bisa beroperasi, PDS paling tidak butuh dana Rp 300 juta. "Dana sebesar itu tidak termasuk uang pengadaan buku-buku baru dan penambahan koleksi lho ya. Artinya, kalau hanya untuk jalan bisa," katanya.

Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, terancam gulung tikar. Penyebabnya, subsidi untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News