Kisah Para Pengibar Sang Merah Putih di Melbourne
"Saya harus jalan sendiri dan jalannya harus dengan tempo yang tepat dan harus menyamakan kelurusan barisan dengan pasukan yang lain."
Tetapi Safira merasa lega saat bendera telah berhasil dikibarkan.
Paskibra di Melbourne sudah ada sejak lama. Untuk menjadi pasukan pengibar bendera di KJRI Melbourne tidak ada kriteria yang terlalu ketat seperti menjadi anggota Paskibra di Indonesia. Yang terpenting memiliki keinginan untuk bergabung, seperti yang diutarakan oleh Mia Muhammad, koordinator Paskibra Konjen RI di Melbourne.
"Baru tahun 2008 kami merekrut mahasiswa secara luas," ujarnya. "Kita memiliki pasukan berkisar antara 12 hingga 16 orang, mulai direkrut sekitar bulan April."
Menurut Mia, seragam yang digunakan oleh Paskibra KJRI Melbourne sekarang ini pun sudah hampir sama dengan seragam yang digunakan Paskibra di Indonesia, lengkap dengan aksesorisnya.
"Kami membuat seragam bagi mereka khusus di Indonesia, dan setelah bertugas mereka bisa memilikinya," kata Mia.
Dan ditengah dinginnya cuaca di Senin pagi, 12 pasukan pengibar bendera telah berhasil menjalankan tugasnya menaikkan bendera di kantor Konjen RI di kawasan Queens Road, Melbourne.
Suasana upacara pengibaran memperingati 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia berjalan khidmat dengan dihadiri tak hanya warga Indonesia di Melbourne, tapi juga sejumlah pelajar dari beberapa sekolah di Melbourne.
12 mahasiswa dan mahasiswi asal Indonesia terpilih menjadi pasukan pengibar bendera, atau PASKIBRA. Ada ketegangan saat bertugas... tapi memberikan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat