Kisah Para Perempuan Indonesia di Pertambangan Australia
Seperti kebanyakan pekerja pertambangan, ia setidaknya bekerja di lapangan setidaknya selama dua minggu.
"Seringkali saya dihakimi terlalu mengejar karir dengan pergi ke lokasi tambang, yang terpencil, ketimbang mengurus keluarga," katanya kepada ABC Indonesia.
Tapi ia menyadari jika perempuan memang memiliki banyak peran, sebagai seorang istri, ibu, dan juga kadang bekerja untuk membantu keluarga.
Photo: Jelita mengaku sudah banyak melihat perempuan-perempuan yang bekerja di sektor pertambangan dan tetap sukses sebagai istri dan ibu. (Koleksi pribadi)"Tentunya sulit memainkan banyak peran itu, tapi menurut saya kuncinya adalah memprioritaskan apa yang sebenarnya kita ingin capai dalam hidup," ujarnya.
"Bagi saya, prioritas saya adalah orang-orang di sekeliling saya, dimulai dengan suami dan anak-anak, dan tentunya diri sendiri," kata Jelita.
Saat ia sedang berada di rumah, ia mengaku selalu memastikan memiliki "pembicaraan yang mendalam" dengan anak-anaknya, sehingga ia tetap bisa melihat perkembangan anak-anaknya.
"Kuncinya adalah harus menemukan keseimbangan dalam memainkan peran-peran itu, misalnya kalau saya sedang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, ya saya bayar orang saja."
Sejumlah perempuan asal Indonesia diri telah membuktikan jika mereka tidak hanya mampu bekerja di Australia, yang memiliki budaya yang berbeda jauh dengan di Indonesia
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata