Kisah Para Perempuan Indonesia di Pertambangan Australia

"Suatu hari saya bilang ke ayah, 'saya ingin mengendarainya'. Saya enggak tahu, tapi saya senang mengerjakan hal-hal yang maskulin sejak kecil."
Yulia yang seorang ibu tunggal mengatakan ia lebih memilih mengendari truk di lokasi pertambangan, ketimbang pekerjaan sebelumnya.
Di kota Melbourne, ia pernah juga mengendarai truk untuk mengirimkan buku-buku sekolah ke seluruh kawasan di negara bagian Victoria.

Menurutnya, salah satu tantangan bekerja di industri tambang Australia adalah "budaya maskulin barat", kadang dengan lelucon yang bisa salah kaprah dan penuh kata-kata kasar.
"Saya tentu tidak membawanya ke hati, saya katakan pada mereka kalau itu tidak benar, meski saya tahu mereka tidak benar-benar bermaksud seperti itu."
Bekerja di pertambangan dikenal dengan gajinya yang tinggi, ia mengaku bayarannya bisa mencapai AU$ 2.700, atau lebih dari Rp 25 juta, per pekan setelah pajak.
Tapi bagi perempuan yang ingin bekerja di bidang ini, ia sarankan untuk menyiapkan mental.
Sejumlah perempuan asal Indonesia diri telah membuktikan jika mereka tidak hanya mampu bekerja di Australia, yang memiliki budaya yang berbeda jauh dengan di Indonesia
- MIND ID Terima Kunjungan Menteri Perindustrian dan SDM Arab Saudi di Indonesia
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan