Kisah Para WNI yang Harus Habiskan Masa Tuanya di Australia?
Menghabiskan pensiun dan masa tua di luar negeri tentunya tidaklah akan senyaman di negeri sendiri. Karenanya, sejumlah warga senior asal Indonesia berupaya untuk saling membantu dengan membentuk berbagai perkumpulan dengan aktivitas yang menarik.
- Lansia Indonesia di Australia aktif cari kegiatan sosial
- Organisasi lansia Indonesia di Sydney berkembang
- Fasilitas dan akses bagi lansia di Australia lebih memadai dari Indonesia
Usianya baru 40 tahun, tapi Febi Amalia asal Jakarta yang kini tinggal di Brisbane sudah mulai memikirkan akan seperti apa masa tuanya nanti, jika ia memutuskan menetap di Australia selamanya.
Ia mengaku kekhawatiran terbesarnya adalah perasaan kesepian dan tak ada yang mengurus jika sudah tua nanti.
"Saya sering mendengar kalau di [Australia], kebanyakan anak-anak mengirimkan orang tuanya yang lanjut usia ke panti jompo," ujarnya kepada ABC Indonesia.
"Tentu ada perasaan takut dan enggan, karena di keluarga kami di Jakarta dan Bandung, tidak ada orang tua yang dikirim ke panti jompo," kata Febi yang sudah tinggal 10 tahun di Australia.
Dilema lansia Indonesia di Australia
Jika Febi baru sekedar khawatir dengan hari tua-nya, dua warga Indonesia di Australia, yakni Din Diradji dan Suharto sudah mengalami sendiri bagaimana rasanya menjadi lansia di Australia.
Din yang berusia 83 tahun sekarang hanya tinggal berdua dengan istrinya di Melbourne, tapi masih sering menerima kunjungan anak-anaknya.
Menghabiskan pensiun dan masa tua di luar negeri tentunya tidaklah akan senyaman di negeri sendiri
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Lansia di Ogan Ilir Tenggelam Saat Mandi di Sungai Enim
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas
- Kenapa 26 Januari Jadi Tanggal Kontroversial di Australia?
- Dunia Hari Ini: COVID Kemungkinan Besar Berasal dari Laboratorium
- Warga Indonesia yang Rumahnya Terbakar Menerima Pertolongan Komunitas Australia