Kisah Para WNI yang Harus Habiskan Masa Tuanya di Australia?
Meski memiliki keputusan berbeda tentang di mana harus menghabiskan hari tua, keduanya memiliki kesadaran yang sama tentang kebutuhan sosial para lansia dari Indonesia di Australia.
Din adalah salah satu pengelola organisasi informal bernama Lansia Melbourne yang terkadang mengadakan acara pertemuan sederhana bagi lansia.
"Manusia itu kan perlu sosialisasi, kita kan makhluk sosial, jadi kalau bertemu dengan teman-teman apalagi sudah kenal lama begitu, ngomong 'ngalor ngidul' atau tanpa arah, kan senang," kata Din.
Sedangkan di Adelaide, Suharto sudah 10 tahun menjadi ketua dari perkumpulan lansia resmi bernama 'Lansia South Australia Inc'.
Meski tujuan dibentuknya sederhana, organisasi yang beranggotakan 45-50 orang di usia 50 tahun ke atas ini juga bersifat informatif.
"Kami juga mendatangkan pembicara tamu, misalnya dari bidang perpajakan, kesehatan, ataupun hobi berkebun."
Suharto mengatakan dengan menghadirkan pembicara dari beragam keahlian, warga lansia dapat belajar satu atau dua hal yang berguna.
"Misalkan kalau pembicaranya dari bidang perpajakan, akan mengajari cara menyusun pajak sebaik mungkin karena lansia sudah tidak pintar komputer lagi," kata Suharto.
Menghabiskan pensiun dan masa tua di luar negeri tentunya tidaklah akan senyaman di negeri sendiri
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata