Kisah Pasutri Bercerai Gara-gara Beda Pilihan soal Capres

Kisah Pasutri Bercerai Gara-gara Beda Pilihan soal Capres
Ilustrasi: Fajar Krisna/Radar Surabaya

Donwori menuturkan, cekcok antara dirinya dengan Karin yang terpicu masalah politik bukan hanya sekali. Secara blak-blakan, Donwori yang mengaku nahdiyin menyebut istrinya dari Muhammadiyah.

Waktu awal-awal menikah sebenarnya tak ada persoalan dengan hal itu. Keduanya toh masih satu iman karena sama-sama muslim.

Namun, seiring waktu perbedaan antara keduanya dalam menilai tradisi dan praktik beragama makin terlihat jelas. Dari yang paling sederhana soal tradisi bancakan yang lazim di kalangan nahdiyin, hingga yang paling mencolok adalah perbedaan cara beribadah.

Bagi Donwori, selamatan bagi kerabat yang meninggal bukan hanya untuk mendoakan, namun juga sebagai ajang silaturahmi. Sayangnya, justru di acara keluarga seperti itulah gesekan antara Donwori dengan Karin makin terlihat.

Karin selalu menolak ketika Donwori mengajaknya menghadiri selamatan anggota keluarga yang meninggal. Walhasil hanya keluarga Donwori yang formasinya tak lengkap ketika ada selamatan.

"Sampek mbahku meninggal, dekne (Karin, red) yo mung nglayat. Dulur-dulur repot tahlilan bendino, ya gak diinceng blas (sampai mbahku meninggal, dia cuma melayat. Saudara-saudara repot tahlilan, ya dia ga muncul sama sekali, red),” tutur Donwori.

Perbedaan itu juga merembet pada urusan mendidik anak. Keduanya sama-sama saling bertahan pada mazhab masing-masing.

Puncaknya adalah perbedaan pilihan di Pilpres 2019. Karin dan Donwori seolah tak mencerna pesan dalam lagu Tak Harus Sama karya Pay yang dinyanyikan Ari Lasso.

Sudah banyak cerita tentang beda pilihan calon presiden (capres) membuat banyak pertemanan buyar. Namun, di Surabaya perbedaan polihan soal capres membuat pasangan suami istri (pasutri) mengakhiri rumah tangga mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News