Kisah Pasutri Pemulung 20 Tahun Menabung, Akhirnya Berangkat Haji
Berangkat pukul 07.00, keduanya menyusuri sejumlah desa di Lamongan untuk mencari rongsokan di rumah-rumah warga. Barang bekas tersebut tidak diminta, melainkan diganti dengan bawang merah.
Namun, sejak dua tahun lalu penyakit sesak nafas menghampiri Miran, sehingga Dasih pun harus bekerja sendiri. Bukan tubuh Dasih yang masih amat kuat, namun keinginan yang besar menguatkan langkahnya.
Rasa sakit linu yang mendera kerap menghampiri Dasih. ’’Hasil rongsokan yang didapat dijual di Kecamatan Pucuk,’’ paparnya.
Panas terik matahari dan guyuran hujan tak menyurutkan langkah pasutri yang tidak memiliki momongan ini. Dari pekerjaan keras tersebut, keduanya biasa mendapatkan pendapatan Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu per hari. ’’Alhamdulillah, akhirnya bulan depan bisa berangkat haji,’’ ujar Dasih.
Pasutri ini memberikan inspirasi yang sangat besar. Apa pun bisa diwujudkan dengan niat dan usaha yang besar. Selain itu, lantunan doa tak pernah luput dari mulut Miran dan Dasih, hingga mampu menunaikan rukun Islam ke lima tersebut. (*/nas)
Perjuangan Pasutri Pemulung yang 20 Tahun Menabung, Akhirnya Berangkat HajiMimpi menunaikan ibadah haji Miran, 60, dan Dasih,55, pasangan suami istri
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala