Kisah Pasutri Saksi Hidup Tragedi Kapal Marvi Marmara
Dengar Suara Azan Paling Merdu
Jumat, 16 Juli 2010 – 08:02 WIB
Dzikrullah dan Santi merupakan dua di antara ratusan relawan kemanusiaan yang berusaha sedikit memerdekakan rasa takut dan kesepian warga Gaza dari kezaliman Israel. Mereka membawa bantuan berupa bahan makanan dan uang untuk menghibur rakyat yang negaranya tak henti-henti mendapat embargo sewenang-wenang itu.
Tak disangka, suasana takut lebih dini justru menghampiri para relawan. Padahal, mereka belum mencapai Gaza yang kondisinya lebih mencekam daripada suasana di atas kapal kemanusiaan tersebut. Sejak selepas subuh hingga menjelang waktu asar, tentara Israel menodongkan moncong senjata api ke wajah mereka. Tiga helikopter perang dan puluhan speed boat dengan persenjataan lengkap turut mengawal Marvi Marmara yang tengah "dibajak" tentara Israel.
Marvi Marmara kemudian digiring ke dermaga Israel dan tiap penumpang diinterogasi dengan kasar. "Setelah diinterogasi, kami ditahan di sebuah penjara Israel yang besarnya sekitar tiga atau empat kali Lapas Cipinang," ungkap Santi.
Di sel tahanan itulah para relawan menunggu nasib. Apakah akan dibebaskan Israel melalui jalur diplomasi atau akan ditahan tanpa pengadilan di penjara tersebut. "Saya sudah pasrah. Terlebih, Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan negeri itu," ujar Dzikrullah.
DZIKRULLAH Wisnu Pramudya dan Santi Soekanto merupakan suami-istri yang turut merasakan suasana mencekam di Kapal Marvi Marmara. Kapal tersebut dibajak
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408