Kisah Pasutri Saksi Hidup Tragedi Kapal Marvi Marmara

Dengar Suara Azan Paling Merdu

Kisah Pasutri Saksi Hidup Tragedi Kapal Marvi Marmara
RELAWAN GAZA- Dzikrullah dan Santi Soekanto saat bercerita di redaksi Jawa Pos. Foto: Frizal/Jawa Pos
Meski menjalani interogasi ketat dari tentara Israel, pasutri tersebut bersyukur karena akhirnya bisa bebas dan kembali ke tanah air. Tidak hanya itu, dana bantuan yang mereka bawa dari Indonesia sebanyak 8.000 euro berkondisi aman. Selama perjalanan, uang itu disimpan di saku dalam rompi Dzikrullah. Uang tersebut rencananya digunakan untuk menyantuni anak-anak yatim di Jalur Gaza.

 

"Saya harus mempertahankan mati-matian agar uang tersebut tidak dirampas tentara Israel," kenang aktivis yang cukup berpengalaman menangani misi-misi kemanusiaan di berbagai negara itu.

 

Selain membawa uang tunai, Dzikrullah dkk mengawal santunan lain dari warga Indonesia. Santunan tersebut berupa uang senilai USD 30.000. Namun, uang itu tidak dipegang langsung di tangan, melainkan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan untuk Gaza yang berpusat di Damaskus, Syria. Bantuan dari Indonesia itu sedianya digunakan untuk membangun sumur-sumur baru bagi rakyat Palestina.

 

"Berdasar informasi yang kami peroleh, sebagian besar sumber air di Gaza tercemar logam berbahaya. Entah itu sengaja dicemari Israel atau tidak, wallahu a?lam," ungkap Santi.

 

DZIKRULLAH Wisnu Pramudya dan Santi Soekanto merupakan suami-istri yang turut merasakan suasana mencekam di Kapal Marvi Marmara. Kapal tersebut dibajak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News