Kisah Pasutri Surabaya yang Berwisata di Jepang ketika Terjadi Gempa dan Tsunami

Saksikan Warga yang Panik, tapi Tetap Tertib

Kisah Pasutri Surabaya yang Berwisata di Jepang ketika Terjadi Gempa dan Tsunami
SELAMAT: Ignasius Rahmat Santoso dan Tjendrawati Tjondrokusumo berhasil selamat saat gempa bumi mengguncang Tokyo, Jepang. Foto: BOY SLAMET/JAWA POS

"Jalanan macet dan semrawut. Apalagi jalan tol ditutup dan kereta api tidak diaktifkan. Bener-bener seperti pemandangan di film. Dini hari saja suasana kota seperti pasar," cerita Sani.

Tepat pukul 4.00 keesokannya (12/3), Tjendra dan rombongan lain tiba di hotel. "Begitu tiba di hotel, kami harus berkemas-kemas. Kami hanya diberi waktu sejam karena jadwal pesawat kami pukul 11 siang," ujar Tjendra.

Dengan hanya diberi waktu sejam untuk packing, jangankan untuk tidur, mandi pun mereka tidak sempat. Setelah sejam berlalu, mereka berkumpul kembali di lobi hotel untuk naik bus menuju Bandara Narita. Jarak ke bandara yang biasanya hanya ditempuh 1,5 jam saat itu ditempuh selama tujuh jam. Lagi-lagi karena macet dan jalanan rusak.

Tentu, dengan waktu perjalanan yang lama, mereka pun tertinggal pesawat. Akhirnya, setelah diputuskan, mereka akan berangkat dengan pesawat penerbangan selanjutnya. Namun, nahas, pesawat tidak lepas landas dari bandara itu, melainkan dari Bandara Haneda yang jaraknya cukup jauh.

Ketika Jepang dilanda gempa dan tsunami pada Jumat siang lalu (11/3), pasutri asal Surabaya, Ignasius Rahmat Santoso-Tjendrawati Tjondrokusumo, sedang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News