Kisah Pelajar Australia yang Tinggal di Yogyakarta Terdampar di Kamboja
Kamis, 04 Juni 2020 – 15:52 WIB
Menurut Benson salah satu hal yang menguntungkan baginya saat ini adalah dia bisa mengunjungi Candi Angkor Wat yang sepi, dimana biasanya ribuan orang berkunjung ke setiap harinya.
"Hampir tidak ada orang sama sekali," katanya.
"Ketika kami membeli karcis, mereka mengatakan hanya 30 karcis yang terjual hari itu, padahal biasanya yang datang ribuan orang sebelum pandemi.
"Perekonomian di sana betul-betul terpuruk."
Benson mengatakan usaha lain seperti misalnya pengendara tuk-tuk (semacam becak) juga mengalami kesulitan.
"Semua orang berusaha mencari kerjaan sampingan jadi penjaga malam atau buruh bangunan," katanya.
Photo: Angkor Wat di Siem Reap adalah salah satu pusat kunjungan turis utama di Kamboja. (ABC: Amy Simmons)"Ini sangat berdampak terhadap warga Kamboja yang menggantungkan diri pada pariwisata."
Pandemi COVID-19 telah membuat perjalanan internasional jadi menyulitkan, seperti yang dialami seorang pelajar asal Australia yang sebelumnya tinggal di Yogyakarta
BERITA TERKAIT
- Relawan Breghas Siap Menangkan Hasto-Wawan: Programnya Konkret untuk Rakyat Yogyakarta
- Tyas A Fatoni Apresiasi Prestasi Dekranasda Sumut di Gebyar Kreasi Nusantara
- Geram Melihat Sampah di TPS Mandala Krida, Menteri LH Panggil Pemkot Yogyakarta
- KAI Properti Hadirkan Sentuhan Heritage dalam Beautifikasi Stasiun Yogyakarta
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- WNI Jadi Bandar Judi Online di Kamboja