Kisah Pengejewantahan Pancasila Antara Petugas dan WBP Lapas Pekalongan

Kisah Pengejewantahan Pancasila Antara Petugas dan WBP Lapas Pekalongan
KOLABORASI: Petugas Lapas Kelas IIA Pekalongan Anang Saefulloh (kiri) bersama salah satu WBP bernama Simon Lo yang berkolaborasi menciptakan lagu NKRI Adalah Pancasila untuk loba cipta lagu Ditjen Imigrasi. Foto: Kemenkumham

jpnn.com, PEKALONGAN - Seni memang bisa jadi jembatan perbedaan. Itu pula yang terjadi di Lembaga Pemayarakatan Kelas IIA Pekalongan.

Petugas di Lapas Pekalongan, Anang Saefulloh berkolaborasi dengan salah satu warga binaan pemasyarakatan (WBP) bernama Simon Lo untuk menciptakan karya seni. Keduanya membuat lagu beriama mars berjudul NKRI Adalah Pancasila.

Tugas Anang di Lapas Pekalongan adalah menyusun rencana kerja anggaran sekaligus pejabat pengadaan barang dan jasa. Dia juga dipercaya sebagai ketua Kelas Inspirasi Lapas Pekalongan.

Karena posisi sebagai ketua kelas inspirasi itu pula Anang bertugas memantau kreativitas para WBP Lapas Pekalongan. Dari situlah Anang mengetahui kemampuan Simon bermain musik.

Simon memang biasa bermusik saat acara kerohanian di aula gereja Lapas Pekalongan. Musik pula yang membuat Simon dan Anang merasa klop.

Nah, pada  saat Direktorat Jenderal Imigrasi (Ditjen Imigrasi)  Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menggelar lomba cipta lagu nasional berjenis mars atau himne, Anang dan Simon langsung tertarik. Sipir dan napi yang punya hobi sama soal musik itu pun memutuskan ikut lomba cipta lagu yang diselenggarakan salah satu unit kerja di Kemenkumham tersebut. 

“Saya yang menciptakan lirik, sedangkan yang mengaransemen alunan musik dikerjakan oleh Simon. Hasilnya terciptalah lagu yang berdurasi selama 1 menit 46 detik diikutsertakan dalam lomba cipta lagu berudul NKRI Adalah Pancasila,” ujar Anang, Jumat (25/8).

Anang menyebut lirik NKRI Adalah Pancasila sarat makna, khususnya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di Indonesia. Yakni tentang pengejawentahan Pancasila sebagai ideologi negara.

Seni memang bisa jadi jembatan perbedaan. Itu pula yang terjadi di Lembaga Pemayarakatan Kelas IIA Pekalongan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News