Kisah Pengungsi Rohingya Menyesal Kabur dari Indonesia demi Australia
Sudah beberapa hari terakhir ratusan aktivis tampak berkumpul di depan sebuah hotel di Kota Brisbane, Australia.
Mereka melakukan aksi protes setelah seorang pencari suaka bernama Farhad Rahmati dipindahkan secara paksa ke tahanan imigrasi di Brisbane.
Ada sekitar 120 pencari suaka yang ditahan di Nauru dan Pulau Manus, telah diterbangkan ke Brisbane untuk tinggal di sejumlah hotel dan apartemen dan mendapatkan perawatan medis.
Salah seorang pencari suaka asal Rohingya yang ditemui ABC, Abdul Sattar (23), membagikan kisah hidupnya sampai terdampar di hotel yang juga berkesan seperti penahanan tersebut.
Photo: Para aktivis Australia berkumpul di depan salah satu hotel di Brisbane yang dijadikan detensi imigrasi bagi 120 pencari suaka, termasuk dari Rohingya. (ABC News: Nibir Khan)
'Merasa seperti anjing buangan'
Abdul Sattar menghabiskan sepertiga hidupnya di dalam pusat penahanan imigrasi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Ia baru berusia 14 tahun ketika terpaksa meninggalkan kampung halamannya di Maungdaw, Myanmar.
"Saya tinggalkan Burma karena sudah tidak aman bagi saya," ujarnya, melalui penerjemah.
Begitu tiba di Indonesia, Abdul langsung ditahan. Selama sembilan bulan. Pengungsi Rohingya itu baru menginjak usia 15
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Indonesia Wilayah Paling Strategis, Ketum LDII: Kita Harus Siap Bela Negara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina