Kisah Pensiunan Australia Jadi Turis di Korea Utara

Bagi pakar Korea Utara dari La Trobe University, Euan Graham, hal itu menawarkan wawasan yang menarik karena Pemerintah Korea Utara terkenal atas kontrolnya yang ketat pada informasi.
"Sudah 10 tahun sejak saya berada di Korea Utara sehingga gambaran tentang Pyongyang di permukaan tampak berubah," kata Dr Graham.
"Ada lebih banyak bangunan tinggi, lebih banyak warna, dulunya bernuansa abu-abu ... yang saya dapatkan adalah bahwa Korea Utara semakin memiliki rasa dan penampilan sebagai ibukota Asia biasa."
Namun, Dr Graham mengatakan Pyongyang hanya memiliki nuansa dan penampilan itu untuk beberapa warga Korea Utara tertentu.
"Itu adalah ibukota tontonan, ibukota jadi-jadian," kata Dr Graham.
"Jadi banyak sumber daya yang disalurkan ke seluruh wilayah negara terkonsentrasi di sana. Di situlah para elit tinggal. Orang Korea Utara biasa tak bisa memilih untuk tinggal di Pyongyang."
Kesenjangan antara daerah pedesaan dan ibukota sangat mencolok.
"Ada bermil-mil sawah dipanen oleh orang-orang dengan sabit di tangan mereka," kata Henschke.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia