Kisah Penulis Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, Berkarya Meski Patah Tulang

Kisah Penulis Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, Berkarya Meski Patah Tulang
Mujahidin Nur (tengah). Foto: rumahalifadzkia

"Sempat kepikiran, kalau nanti dipaksain menulis bakal tambah parah atau jangan-jangan bisa cacat. Tapi, saya yakin karya ini akan bermanfaat untuk banyak orang," katanya.

Kendala belum usai. Selain tangan kanannya patah tulang, Mujahidin pun susah berkomunikasi dengan Syarifuddin Khalifah karena menggunakan bahasa Swahili, salah satu bahasa yang digunakan secara luas di sub-Shara Afrika. Untuk itu, ia dibantu oleh seorang penerjemah bahasa.

Bukan buku "Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang" saja yang berkesan bagi Mujahidin. Ia juga sempat terkendala bahasa saat menulis buku berjudul "Naik Haji Jalan Kaki 5700 KM dari Bosnia". Buku itu bercerita tentang kisah nyata seorang muslim asal Bosnia, Senad Hadzic. Senad nekad jalan kaki dari Bosnia menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Selama 8,5 bulan menempuh jarak 5700 KM, Senad telah 12 kali ganti sepatu, 3 ransel, dan 7 HP. 

Dengan membawa beban di tasnya seberat 20 Kilogram, di bawah suhu ekstrim panas 50 Celcius dan dingin minus 37 Celcius, siang dan malam Senad berjalan rata-rata 30-70 KM per hari. Senad berjalan melintasi 7 negara, Bosnia-Serbia-Bulgaria-Turki-Suriah-Yordania-Arab Saudi. Tekad Senad untuk naik haji dengan berjalan kaki bukan hanya karena tidak punya biaya. Senad ingin menunaikan panggilan dari Allah melalui berkali-kali mimpi dalam tidurnya, yakni naik haji jalan kaki. 

Selain itu, Mujahidin juga pernah menulis Syekh Rasyid, seorang hafiz cilik yang menguasai irama 15 Imam besar dunia. Apa alasan Mujahidin menulis tentang tokoh-tokoh inspiratif tersebut? "Selama ini banyak buku yang mengangkat tokoh, namun tokoh yang punya kisah spiritual jarang," ungkapnya.

Hingga saat ini, Mujahidin tak berhenti menulis. Salah satu buku garapannya sekarang berjudul "Satu Tiket ke Surga", tak lama lagi diterbitkan. (mike dwi setiawati/radar cirebon/adk/jpnn)


MENULIS adalah melayani dengan tulus. Sama dengan seorang penulis bernama Mujahidin. Meski patah tulang pun, Mujahidin tetap menulis. Baginya, menulis


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News