Kisah Perempuan Tanpa Nama Di Antara Tiga Sastrawan
jpnn.com - Tiga sastrawan Buleleng masing-masing Putu Satria Kusuma, Kadek Sonia Piscayanti, dan Hardiman kompak merilis buku. Istimewanya lagi, selain kegiatan peluncuran itu dilangsungkan di rumah jabatan Bupati Buleleng, Senin (21/3) pagi kemarin.
Ketiganya nama di atas memang sudah cukup dikenal dalam dunia sastra tanah air. Putu Satria Kusuma misalnya. Ia lebih banyak berkecimpung di dunia seni teater. Kini ia lebih banyak beraktivitas sebagai seorang film maker, di samping kesibukannya sebagai abdi negara.
Sementara Kadek Sonia Piscayanti dikenal dengan aktivitas sastranya yang banyak menyoroti soal ketimpangan gender antara pria dan wanita. Ia getol menyoroti ketimpangan itu melalui karya-karyanya. Selain itu Sonia juga aktif berkecimpung di dunia seni teater serta sempat mementaskan karyanya berjudul Layonsari, di beberapa negara di Benua Eropa.
Sedangkan Hardiman sangat dikenal sebagai praktisi di dunia seni rupa. Sebelumnya Hardiman sempat menjadi seorang praktisi seni rupa dan berubah haluan menjadi seorang kritikus seni. Belakangan ia menjadi seorang kurator seni rupa dan dianggap sebagai kurator paling produktif di Indonesia.
Ketiga sastrawan itu meluncurkan bukunya masing-masing. Putu Satria Kusuma meluncurkan buku berjudul “Cupak Tanah” yang berisi kumpulan naskah drama. Kadek Sonia Piscayanti merilis buku berjudul “Perempuan Tanpa Nama” yang berisi kumpulan cerpen karyanya yang dihasilkan dalam kurun waktu 13 tahun. Sedangkan Hardiman meluncurkan buku berjudul “Eksplo(ra)si Tubuh” yang berisi esa-esai kuratorial seni rupa.
“Karya para penulis Buleleng ini memang sengaja kami luncurkan bersamaan. Kami ingin sampaikan kepada khalayak, bahwa Buleleng juga punya potensi sastra dan seni yang patut diperhitungkan dan diperhatikan,” ujar Made Adnyana Ole, penggagas acara seperti dilansir Bali Express (Grup JPNN).
Sementara itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang juga hadir dalam peluncuran buku itu berharap ada buku-buku yang bisa diterjemahkan dalam bentuk film, sehingga bisa mempromosikan daerah lebih luas lagi. Ia mencontohkan film Laskar Pelangi yang diangkat dari buku berjudul Laskar Pelangi yang berhasil memajukan pariwisata di Provinsi Bangka Belitung.
“Promosi daerah itu bisa dari segala lini. Bisa pameran, brosur, festival, termasuk lewat buku dan film. Lewat media penulisan ini, mudah-mudahan daerah bisa terkenal khusus untuk penulis muda. Harapan saya ada penulis-penulis baru yang terus mengedukasi diri sehingga sense-nya terasah,” katanya.(eps/tos/fri/jpnn)
Tiga sastrawan Buleleng masing-masing Putu Satria Kusuma, Kadek Sonia Piscayanti, dan Hardiman kompak merilis buku. Istimewanya lagi, selain
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408