Kisah Perjuangan WNI Penderita Kanker di Australia
"Selain itu, [ibu saya] juga [dapat] menghibur saya dan anak-anak. Istilahnya dia bisa 'support' seluruh keluarga."
Selain dukungan fisik, Ratna juga menerima dukungan mental dari Sonja yang meninggal 2018 lalu.
"Bagi saya, banyak sekali bantuan fisik yang diberikan [ibu saya] sama halnya dengan bantuan mental," kata Ratna kepada ABC News ketika ditemui di rumahnya hari Senin (03/02/2020).
"Memang dalam keadaan [menderita kanker] seseorang itu merasa lemah, tidak bisa melakukan banyak hal meskipun mau, karena badannya lemas."
Banyaknya bahan kimia dari pengobatan kanker yang masuk ke tubuhnya juga memicu depresi.
"[Depresi ini] terdeteksi oleh dokternya. Memang [saya] ada perasaan tidak enak sekali. Tiap kali kalau bertemu orang di rumah makan misalnya, rasanya hanya sebentar bisa fokus, sebentar lagi sudah merasa ingin pulang," kata dia.
"Untunglah ada ibu yang membuat saya merasa jadi ada teman."
Setelah dinyatakan bebas dari kanker payudara di tahun 2008, empat tahun lalu, Ratna menemukan bahwa ruas kedelapan tulang belakangnya (T8) telah termakan oleh kanker saat melakukan pemeriksaan CT scan.
Beberapa warga Indonesia terdiagnosa kanker ketika sudah berada di Australia, jauh dari keluarga dan sanak saudara di Indonesia
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan