Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)

Bukukan Penyelamatan dalam Miracle of Flight

Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)
Foto : Skyscrapercity.com
Pekan ini dunia penerbangan memang berduka. Pesawat Twin Otter milik Merpati menabrak tebing di Oxibil, Papua. Seluruh penumpangnya tewas. "Kalau ada kecelakaan pesawat, hati saya seperti diingatkan lagi agar selalu bersyukur. Sebab, semua yang terjadi saat itu benar-benar tak masuk akal manusia," kata pria kelahiran Wergukulon, Kudus, 29 Maret 1957 itu.

  

Pria yang mengawali karir sebagai kopilot Fokker F-28 itu menyatakan masih ingat detail pendaratan fenomenal tersebut. "Tidak cuma di kepala, tapi juga di sini,  Dik," katanya sambil tangan kanannya memegang dada sebelah kiri. "Rasanya baru terjadi kemarin," tambahnya.

 

Santi Anggraeni, pramugarinya itu, meninggal karena tersedot arus udara saat hendak membuka pintu darurat. Penumpang lain hanya luka. Menghela napas sejenak, Rozaq lantas bercerita tentang keajaiban tujuh tahun lalu itu. "Cuaca awalnya normal. Pesawat juga oke dan take off dengan mulus dari Ampenan," tuturnya. Pesawat dengan nomor penerbangan GA 421 tersebut menerbangi Ampenan, NTB, menuju Jakarta. Namun, pada pukul 15.20, ketika mencapai ketinggian 31.000 kaki di atas Kota Blora, pesawat masuk ke awan cumolonimbus, sejenis awan tebal yang berbahaya. Tidak ada pilihan lain bagi Rozaq kecuali menembus awan itu.

  

Pada ketinggian 23.000 kaki, kedua mesin pesawat mati mendadak. Sesuai prosedur, dia segera menghidupkan generator untuk menghidupkan kembali mesin. Namun, yang terjadi justru electricity power rusak. Artinya, dua mesin mati total. Belakangan, hasil investigasi menyebutkan kejadian yang disebut flame out itu memang akibat awan buruk.

  

Dunia penerbangan hampir pasti masih ingat peristiwa pada 16 Januari 2002. Kapten pilot Abdul Rozaq mendaratkan pesawat Boeing 737-300 milik Garuda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News