Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)

Bukukan Penyelamatan dalam Miracle of Flight

Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)
Foto : Skyscrapercity.com
"Astaghfirullah Capt, dua mesin mati semua. Apa yang harus dilakukan?" kata Rozaq, menirukan kepanikan kopilot Haryadi Gunawan saat itu. Dia segera melakukan wind mailing, memutar kembali propeller mesin dengan dorongan udara. "Kira-kira seperti mendorong mobil mogok dengan meluncurkan pesawat ke bawah," katanya.

  

Namun, usaha itu pun tidak membawa  hasil. Keadaan dalam pesawat gelap karena electrical power mati. Pada saat yang sama, pesawat terus turun dari 23.000 feet hingga ke 8.000 feet. Terbayang di benak Rozaq nasib penumpang yang tidak tahu-menahu peristiwa yang sedang terjadi.

 

Sebelum masuk awan tebal, pesawat sempat kontak dengan ATC (air traffic control) Semarang yang memberi dia  clearance (izin) turun ke 9.000 kaki. Itulah kontak terakhir dengan menara pengawas sebelum mesin mati. Alumni STP Curug 1979 itu mengaku pasrah. Kopilot terus mengirim pesan. "Mayday"mayday" berulang-ulang, namun tidak ada jawaban. "Saya bilang, percuma karena semua peralatan mati. Radio juga mati," tuturnya.

 

Kondisi semakin kritis. "Saat itu saya berteriak Allahu Akbar..., Allahu Akbar", Allahu Akbar"," kata alumnus pelatihan DC-9 di Zurich itu. Pesawat tiba-tiba keluar dari awan sehingga dia bisa melihat dengan jelas semua yang terhampar di hadapannya. Rozaq berpikir, harus segera mendaratkan burung besi seberat 62 ton lebih itu dengan cermat.

 

Dunia penerbangan hampir pasti masih ingat peristiwa pada 16 Januari 2002. Kapten pilot Abdul Rozaq mendaratkan pesawat Boeing 737-300 milik Garuda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News