Kisah Pilu dari jebolnya Tanggul Situ Gintung

Odan Harus Kehilangan Tujuh Keluarga Sekaligus

Kisah Pilu dari jebolnya Tanggul Situ Gintung
Kisah Pilu dari jebolnya Tanggul Situ Gintung
   

Dari ketinggian TPICI, juga terlihat jelas, sisa-sisa puing bangunan dan onggokan kayu-kayu bekas rumah yang hancur. Bertebaran tidak beraturan. Terlihat juga, masyarakat yang ingin melihat dampak banjir menyemut lalu lalang, tidak peduli dengan genangan lumpur di sepanjang jalan Ahmad Dahlan, jalan kecil di samping UMJ.

   

Di pemakaman itu juga, Odan K (54), terkulai lunglai di atas jasad istrinya Aisyah Odan, sesaat sebelum dikebumikan. Tangis buruh borongan ini tidak terdengar seperti kehabisan suara. Hanya lipatan wajah yang menyemburkan mimik ratapan dan air mata yang tak henti dia usap, menandakan Odan begitu berat melepas istri yang sudah memberinya lima orang anak itu.

Tangan kanannya tidak berhenti mengusap Aisyah, sementara mulutnya lamat-lamat seperti meratap, tidak terang terdengar. Tidak lama, beberapa keluarganya berhasil menenangkan dengan membibing Odan sedikit menjauh dari jenazah Aisyah. Dan, pemakaman pun diiringi tangis keluarga yang lain.

   

Aisyah bukan satu-satunya sumber semangat  hidup yang direnggut bah danau Situ Gintung. Seluruhnya, warga JL. Kyiai Haji Ahmd Dahlan, RT 04 RW 08 Kampung Gintung, Cirendeu Tangerang ini, kehilangan tujuh keluarga sekaligus. Selain Aisyah, tiga anak, dua menantu, serta satu cucu jadi korban.

Ketidakmawasan manusia memaksa alam kembali menebarkan nestapa. Situ Gintung tak hanya menelan korban jiwa hingga puluhan nyawa, tetapi juga menebar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News