Kisah Pilu Risky, Bocah Penderita Hidrosefalus

Ditinggal Orang Tua, Butuh Biaya untuk operasi

Kisah Pilu Risky, Bocah Penderita Hidrosefalus
Bocah penderita Hidrosefalus, Siti Risky Barokah. Foto: ist
"Yang jadi masalah sekarang adalah kartu Jamkesmas yang dipakai sebelumnya sudah tidak berlaku di rumah sakit tersebut. Jadi Risky tidak bisa memakai Jamkesmas untuk kontrol setiap bulannya. Sudah hampir 4 bulan terakhir Risky tidak pernah kontrol," tuturnya.

Namun hal itu lagi-lagi harus terganjal masalah, karena untuk membuat kartu Jamkesmas yang baru masih memakan waktu 2-3 bulan. "Kartu Jamkesmas masih dalam proses, masih sekitar bulan Agustus-September baru akan tahu apakah dapat klaim dari rumah sakit atau tidak. Dan operasi kedua baru bisa dilaksanakan menunggu Risky berumur 3-4 tahun, tapi Risky harus tetap dikontrol setiap bulan, itu juga butuh biaya yang banyak," papar dia.

Untuk memenuhi biaya sehari-hari, Cece terkadang mendapatkan sumbangan sukarela dari tetangganya yang mengetahui kondisi Risky. "Buat makan atau kebutuhan sehari-hari rata-rata banyak sumbangan dari tetangga. Kadang dikasih Rp 50 ribu, tapi itu hanya cukup untuk makan Risky saja," imbuh Cece.

Sementara biaya untuk kontrol Risky kemarin kata Cece, tak lain berkat sumbangan bantuan teman-temannya di kampung, yang setelah dikumpulkan hasilnya lumayan besar.

GARUT - Malang benar nasib Siti Risky Barokah, bocah berusia 1 tahun ini terlahir tidak sempurna, karena menderita Hidrosefalus. Sejak dalam kandungan,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News