Kisah Relawan Pencari Jasad Korban Sukhoi di Gunung Salak

Terpaksa Minum Sebotol untuk Berlima

Kisah Relawan Pencari Jasad Korban Sukhoi di Gunung Salak
LELAH: Abdul Muid(biru) usai evakuasi jasad korban Sukhoi Superjet 100 dari Gunung Salak, Bogor. Foto : Yuska Apitya Aji/Radar Bogor/JPNN

"Banyak daging dan potongan tubuh berceceran. Kondisinya sangat curam, seluruh tim harus memakai tali untuk mengambil potongan tubuh," tuturnya.

Jasad tak hanya tercecer di daratan. Ada juga yang tersangkut di pohon yang batangnya gosong. Alur evakuasi sempat terkendala oleh cuaca. Kabut datang dan pergi dalam kurun waktu yang begitu cepat. "Jam sepuluh pagi kabut datang. Ditambah awan mendung. Kami sangat kesulitan dan tidak mau mengambil risiko," katanya.

Meski evakuasi berhenti, hari ketiga di Gunung Salak dilalui Muid dengan gembira. Itu lantaran timnya berhasil mengangkut banyak kantong jasad korban. Ada sekitar sepuluh kantong yang saat itu dibawa dan diserahkan kepada Paskhas TNI Angkatan Udara untuk diboyong ke helikopter Puma.

Suasana haru itu hanya berlangsung dalam hitungan jam. Penyebabnya, stok air milik tim Muid kian tipis. Hingga suatu ketika, Muid tak memiliki setetes air lagi. Padahal, dahaga dan rasa mual dari bau bahan bakar pesawat sudah berada di ujung kerongkongan.

Ribuan relawan bahu-membahu mencari dan mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak. Mereka bekerja tanpa kenal lelah di tengah medan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News