Kisah Ruyati, TKI Perempuan yang Telah Dihukum Pancung di Arab Saudi
Terjebak Rayuan Calo, Pasrah Ketika Umur Jadi Lebih Muda
Senin, 20 Juni 2011 – 08:08 WIB
Een sendiri tidak mau hanya menunggu petugas pengantar surat di depan rumahnya. Dia juga meluncur ke Jakarta untuk mencari informasi. Mulai Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dan Kemenlu dia sambangi. Tapi, dia mengaku seperti dipingpong. "Dari kantor sini disuruh ke situ, disuruh lagi ke sana," tandasnya.
Akhirnya dia meminta bantuan Migrant Care pada 15 Februari 2011. Een menjelaskan, sejak itu dirinya tidak pernah mendapat informasi tentang perkembangan proses persidangan. Yang dia dapat hanya informasi bahwa persidangan ibunya belum tuntas. Juga informasi bahwa pemerintah tetap berupaya mendampingi Ruyati.
Een akhirnya seperti tersambar petir untuk kali kedua. Ini terjadi setelah dia mendapatkan kabar bahwa ibunya telah dieksekusi mati. Dia menerima berita itu kemarin (19/6) dari Kemenlu. Seharusnya, tutur Een, saat penjatuhan vonis pengadilan, pemerintah mengirimkan surat pemberitahuan resmi kepada keluarga. "Tidak ada sama sekali. Keluarga dapat kabar setelah ibu dieksekusi," tandasnya.
Sebagai anak, dirinya memiliki kewajiban membersihkan makam orang tuanya. Kewajiban tersebut, menurut dia sebagai balas budi kepada orang tua yang sudah membesarkannya. Een sendiri sejatinya sudah tahu bahwa pemerintah sulit memulangkan jenazah ibunya. Tapi, dia tetap berharap pemerintah bisa memulangkannya.
Sudah lebih dari 10 tahun Ruyati, TKI yang telah dihukum mati di Arab Saudi, merantau meninggalkan kampung halaman. Selama itu dua kali dia pulang.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408