Kisah Sedih Penderita Komplikasi Penyakit Hyper-IgE yang Langka (1)
Meninggal Sehari Setelah Dokter Nyatakan Sembuh
Rabu, 03 Juni 2009 – 06:27 WIB
Bukan itu saja, andai tim dokter juga tidak didukung ketersediaan dana yang cukup, Panca pun sulit diselamatkan. Sebab, untuk menyelamatkan Panca dari masa kritisnya dibutuhkan obat-obatan yang, antara lain, biasa dipakai dalam transplantasi organ yang harganya cukup membelalakkan mata. Dan, itu tidak hanya satu dua ampul. Belum lagi biaya yang harus dibayar untuk cuci darah (hemodialisis) yang harus berkali-kali.
Penyebab sakitnya sangat sepele. Mungkin terlalu sepele. Yakni, menyepelekan gejala flu. Karena dianggap gejala flu biasa, Panca pun mengatasi sendiri gangguan kesehatan ringan yang dialami dengan obat flu biasa dan antibiotik.
Seperti yang diakui Panca dalam wawancaranya dengan Jawa Pos awal Maret lalu. "Saya sering pilek dan demam. Saya kira flu, ya saya obati dengan obat flu biasa dan antibiotik," tuturnya ketika itu.
Panca bukan satu-satunya orang di muka bumi ini yang mengatasi gejala flu dengan cara seperti itu. Padahal, flu adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Ini berarti obatnya bukan antibiotik, kecuali gejalanya sudah menimbulkan infeksi. Dan, yang menentukan apakah gejala flu itu sudah menimbulkan infeksi atau bukan, seharusnya dokter yang ahli. Bukan orang awam.
Jangan abaikan gejala flu! Apalagi, kalau gangguan kesehatan ringan itu muncul berulang-ulang. Sebaiknya konsultasikan ke dokter ahli. Jangan diobati
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala