Kisah Seorang ABK, 24 Jam Duduk di Papan di Tengah Laut

Kisah Seorang ABK, 24 Jam Duduk di Papan di Tengah Laut
Syahminan di bangsal RS Fatima Ketapang. Foto: Jaidi Candra/Rakyat Kalbar

“Alhamdulillah saya bilang. Kemudian saya ambil papan dan duduk di atas papan itu. Di atas papan itu kaki saya menjuntai ke air sambil tangan saya mengayuh dari sisi kiri kanan papan,” ceritanya.

Syahminan pun sempat berpikir, kalau kawan-kawannya telah meninggal, lantaran hampir 24 jam belum ditemukannya.

Selama hampir 24 jam mengapung di laut, Syahminan mengaku sama sekali tidak merasakan sakit, takut maupun lapar. Walaupun tangan dan kakinya yang terjuntai di air, kerap kali digigit ikan buntal.

“Saya berdoa sebisa saya, tidak ada terasa sakit, lapar pun tidak. Hanya saja haus. Kebetulan hari hujan, jadi sambil mengayuh papan, saya sambil menadahkan mulut ke langit buat minum,” ceritanya.

Selama hampir 24 jam tersebut, Syahminan tidak dapat tidur. Hanya sesekali memejamkan mata dan terbangun, sambil kedua tangannya terus mengayuh papan dan berharap bertemu dengan nelayan atau tim penolong.

Sampai akhirnya pagi itu Syahminan melihat seorang nelayan sedang narik pukatnya. Dari jauh dia terus berteriak minta tolong.

“Ternyata nelayan itu memang sudah melihat saya, kemudian bergegas membantu saya. Saya dibawa naik ke darat,” jelasnya.

Syahminan merupakan warga asli Desa Kauman, Kecamatan Benua Kayong—Ketapang. Namun dia sudah lama menetap dan tinggal di Kota Pontianak. Bahkan dia mengaku sudah empat kali mengalami musibah seperti ini, tenggelam pada saat bekerja di kapal.

SYAHMINAN pria paruh baya ini adalah Anak Buah Kapal (ABK) Samudera Jaya I yang pecah dihantam ombak dan menghilang di laut. Jaidi Candra, Ketapang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News