Kisah 'Song for Gaza' dan Kiprah Pengarangnya
Allaf juga merilis album bertitel Freedom (tentang Arab Spring) pada 2011.
Dua tahun kemudian atau pada 2013, putra diplomat Suriah itu merilis album bertitel What About Us (Song for Syria).
Sebagai putra ambasador, Allaf menghabiskan sebagian besar masa pertumbuhannya di Jenewa dan New York ketimbang di negeri asalnya.
Dia juga pernah tinggal Wina, Austria, ketika ayahnya menjadi salah satu direktur jenderal badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
"Saya tinggal di Suriah hanya setahun atau lebih, ketika masih sangat belia," tuturnya.
Tinggal di berbagai negeri membuat Allaf mengenal beragam genre musik. Awalnya, dia terpesona pada karya-karya penyanyi Prancis, antara lain, Michel Sardou dan Claude Francois.
Allaf juga menyeriusi musik klasik. "Ketika Anda tinggal di Wina, sangat mustahil tidak terpapar musik klasik dan saya menikmatinya," katanya.
Musikus sekaligus pengaransemen itu juga menggemari musik flamenco dari Andalusia, Spanyol.
Kalian bisa membakar masjid, rumah dan sekolah kami, tetapi semangat di Gaza tak akan pernah mati.
- Alhamdulillah, Air Bersih Layak Minum dari Dompet Dhuafa Mengalir di Gaza
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Mantan Presiden Amerika Meninggal Dunia, Palestina Ikut Berduka
- Penyerangan RS Indonesia di Gaza Tak Bisa Dibiarkan, Mardani Desak PBB Bersikap
- 50 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel di Dekat RS Kamal Adwan
- Gencatan Senjata Mandek, Hamas Salahkan Israel