Kisah Spiritual: 1 Syawal tanpa Sandal
Oleh: Prof Dr Kasuwi Saiban MAg
jpnn.com, MALANG - Kisah spiritual yang sangat menginspirasi saya setelah beranjak dewasa adalah saat 1 Syawal.
Jelang Idul Fitri seperti sekarang ini, pengalaman 50 tahun yang lalu itu teringat lagi ketika saya minta sandal baru untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman bersama teman-teman.
Saat itu malam satu Syawal, takbir sudah berkumandang di masjid-masjid, bahkan obor api pun sudah dinyalakan berbaris dibawa keliling kampung dengan takbir yang menggema.
Teman-teman sudah pada pamer punya sandal baru. Sebetulnya sejak siang saya menunggu berita dari ayah tentang sandal baru untuk saya.
Sebagai anak yang selalu patuh dan taat kepada orang tua, saya tidak berani meminta. Saya khawatir ayah tersinggung karena memang beliau tidak punya uang untuk membelikan saya sandal.
Saya memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi. Ayah bekerja sebagai petani kecil dengan menggarap sawah seadanya, sementara ibu hanya membantu ayah bekerja di sawah.
Penghasilan pun tidak menentu. Sekalipun demikian karena perasaan malu terhadap teman-teman yang terus memamerkan sandal barunya, maka saya memberanikan diri untuk meminta kepada ayah:
”Yah, teman-teman sudah pada punya sandal baru, mohon saya dibelikan biar tidak malu sama mereka”.