Kisah Spiritual: Menjaga Hakikat Roh
Oleh: Prof Dr H Ishomuddin MSi
Menyatunya kedua hal tersebut dalam bulan Ramadan secara intensif melalui kegiatan-kegiatan seperti berpuasa, salat Tarawih, salat Tasbih, bersedekah, berinfak, dan berzakat dapat mengembalikan jati diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan dari dua unsur. Yakni, roh dan jasmani.
Mengendalikan dan mempertahankan diri dalam kesucian roh dari Allah yang ”mukmin” terhadap serangan-serangan hawa nafsu dan perbuatan yang tidak baik yang datangnya dari setan, harus selalu dilakukan.
Hakikat manusia adalah perpaduan antara roh dan jasmani. ”Aku sempurnakan kejadian manusia, Aku tiupkan roh, Aku berikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Namun sedikit sekali manusia berterima kasih (QS. 23 ayat 9).
Dengan demikian, dapatlah kita mengerti dan memahami, yang merasakan mati itu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah, itulah rohaniahnya. Rohaniah itu kembali kepada Allah, maka yang tinggal itu adalah jasmaniah. Dikatakan ”jasmaniah” bila masih ada empat roh yang (Roh Raihan, Rahmani, Jasmani, dan Idafi).
Apabila tidak ada keempat roh tersebut, disebut ”jasad(iyah)”. Dikatakan Rohaniah, bila manusia masih memiliki rohaniah. Bila rohaniah itu sudah tiada, maka disebut ”wa inna ilaihi rajiun”. Pada kondisi itulah, kita dapat mengenai salat jenazah.
Pada masa kecil saya, atau umumnya anak-anak sebaya dengan saya, kehadiran bulan Ramadan yang ditunggu-tunggu lepas dari pikiran pemenuhan kebutuhan rohaniah. Kegembiraan memasuki Ramandan adalah menunggu hadirnya hari raya dengan pakaian serbabaru, berkumpulnya semua anggota keluarga, berekreasi bersama keluarga, dan lain sebagainya. Itulah kesenangan yang lebih berdimensi jasmani.
Hadis yang dirawikan oleh Jalaluddin as-Suyuthi dalam Kitab Tibb menyebutkan ”Allah menciptakan manusia dari empat unsur yaitu: Angin, air, tanah, dan api. Empat anasir inilah yang disebut roh dari Tuhan. Jadi, Allah menjadikan manusia dari empat anasir: Angin, air, tanah, api (Roh Raihan, Rahmani, Jasmani, dan Idafi).
Keempat roh ini disebut jiwa. Jadi, yang mati itu jiwa, yang merasai mati rohaniah pada kita. Roh punya rasa atau nikmat atau zat. Karena itulah dia dapat merasakan ada yang mati, ketika dia harus kembali kepada Allah.