Kisah Tesla Manaf, dari Kos di Dago Membawa Musik yang Rumit ke Pentas Dunia
Musik dengan nada yang rumit dan detail seperti Mahavisnu Orchestra, Gentle Giant, Emerson Lake and Palmer (ELP), termasuk aliran musik klasik dari Debussy, Bela Bartok, dan Krzysztof Penderecki adalah kesukaan sang ayah. Sejumlah piringan hitam album dari kelompok-kelompok musik itu dibawa pulang Imam dari Belanda ke Indonesia.
’’Dari situlah, sejak umur 4 tahun, saya terbiasa mendengarkan musik semacam itu,’’ ujarnya lantas tertawa.
Bukan hanya sang ayah, ibu Tesla, Tuti Effendi, juga penggemar musik pop era 70-an dan 80-an. Begitu pula kakaknya yang suka musik pure metal atau death metal. Semua jenis musik itulah yang mewarnai Tesla sat masa kecil.
’’Kalau mama muter Madonna di dapur, di ruang tengah, ayah muter musik klasik. Sedangkan di kamar, kakak muter death metal. Jadi, masuk ruangan mana, pasti suaranya berbeda,’’ kisahnya.
Hal itulah yang memacu Tesla untuk belajar alat musik. Alat musik pertama yang dipelajarinya adalah gitar saat dirinya menginjak usia 9 tahun. Tesla pada awalnya belajar sendiri, lalu ikut kelas musik di Yamaha Music School.
Awalnya, Tesla senang musik klasik. Bahkan, saking senangnya, dia sampai lupa sekolah. Dia sering membolos agar bisa berlatih gitar. Dia ketagihan pada musik klasik sehingga tidak pernah melewatkan setiap kompetisi atau konser yang diadakan Yamaha. Dia pun sering menang.
Menurut Tesla, musik klasik menuntut perfeksionisitas si musisi. Karena itulah, seseorang tidak bisa begitu saja mengalihkan perhatian saat mendalami musik klasik. ’’Menghafalkan partiturnya saja lumayan berat. Bahkan sampai sekarang masih susah.’’
Baru setelah menginjak kuliah, Tesla merasa bosan musik klasik. Dia mulai mengalihkan perhatian pada musik jazz dan fusion rock. ’’Ada teman main jazz. Ada chord-chord-nya, tapi juga ada angka 6 dan angka 9. Ini apa kok aneh banget? Saya lalu memilih belajar ke sumbernya,’’ katanya.
TESLA Manaf mulai masuk pentas musik dunia. Konsistensinya pada musik non-mainstream, dengan nada yang rumit beraliran progresif berbalut jazz dan
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas