Kisah Tim Heli TNI Menembus Medan Sulit di Lokasi Bencana Tsunami Mentawai

Ingat Wajah Pengungsi, Tak Peduli Habiskan 2.600 Liter Avtur Per Hari

Kisah Tim Heli TNI Menembus Medan Sulit di Lokasi Bencana Tsunami Mentawai
Kisah Tim Heli TNI Menembus Medan Sulit di Lokasi Bencana Tsunami Mentawai
"Hebatnya lagi, Mi-17 mampu terbang hanya dengan satu mesin jika salah satunya mati. Itulah yang membuat keyakinan kami berlipat ganda," kata Syas.

 

Heli seharga USD 4 juta itu mampu mengangkut 36 personel dan tiga awak pesawat serta beban hingga 4 ton. Rekan Syas, Kapten Penerbang Rhino Charles dari Skuadron 31/Serbu, Semarang, mengungkapkan, badai membuat jarak pandang di udara hanya berkisar 300 meter. Tiupan angin kencang yang mematikan juga kerap membuat heli oleng ketika di udara.

 

Namun, termotivasi fakta bahwa tak sedikit korban tsunami yang terancam kelaparan karena tersendatnya logistik, Rhino pun pantang menyerah. "Saya teringat-ingat terus wajah beberapa anak korban tsunami yang saya temui di Sikakap. Wajah merekalah yang memotivasi saya untuk pantang putus asa," ujarnya.

 

Di sisi lain, biaya distribusi logistik korban tsunami Mentawai bisa disebut termahal dalam penanganan bencana di Indonesia. Tiap hari, heli Mi-17 itu rata-rata menghabiskan avtur dalam tangkinya hingga kosong, yakni sekitar 2.600 liter. Selama distribusi bantuan, helikopter dengan lima baling-baling itu mampu terbang selama tiga jam penuh dengan kecepatan maksimal 250 kilometer per jam. Dengan harga avtur per liter sekitar Rp 7 ribu, tiap hari dua heli itu menghabiskan minimal Rp 36,4 juta hanya untuk konsumsi bahan bakar.

 

Menyalurkan bantuan untuk para korban tsunami di Kepulauan Mentawai tidaklah mudah. Inilah kisah bagaimana sulit dan mahalnya menyalurkan bantuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News