Kisah Tri Lestari, Bunda PAUD di Perbatasan Ukir Prestasi
Dari gaji sejuta itu, Tri kemudian membelikan alat peraga untuk mengajarkan anak-anak PAUD tentang sains. Alat peraga sederhana ini dirangkai menjadi saringan air batok kelapa.
Dinamakan seperti itu karena alat peraganya terbuat dari batok kelapa ditambahkan spons, batu gunung atau sungai, arang, pasir, dan ijuk.
Berkat saringan air batok kelapa itu, anak didik Tri jadi semangat. Mereka betah berlama-lama belajar sains. Mereka girang karena bisa membuat air kotor menjadi jernih lagi.
"Tahap awal saya mengajarkan anak-anak tentang perbedaan air bersih dan kotor berhasil. Walaupun air bersihnya belum bisa dikonsumsi," terang Tri.
Atas dedikasinya itu Tri bisa meraih juara I guru PAUD berprestasi 2017. Dia bahkan bisa menginjakkan kaki di Jerman sebagai hadiah atas prestasi tersebut.
Di Jerman, ada banyak ilmu yang bisa diadopsi. Anak-anak tidak boleh dipaksa dan dilarang ketika mengerjakan sesuatu. Selain itu belajar dan bermain sangat penting untuk anak-anak PAUD untuk merangsang motoriknya.
Setelah menjadi juara, Tri tidak berhenti memformulasikan cara belajar sains yang menarik bagi anak-anak. Dia optimistis lewat metode sederhana dan menggunakan kearifan lokal, anak-anak akan mencintai sains sejak dini. (esy/jpnn)
Tri Lestari, bunda PAUD, tidak pernah menyangka begitu sulitnya kehidupan di wilayah perbatasan di Kabupaten Tana Tidung.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Ini 4 Faktor untuk Mencapai Visi Integrasi dan Konektivitas Subkawasan BIMP-EAGA
- Ditjen Bina Adwil Pimpin Koordinasi Isu Perbatasan RI – PNG
- Rayakan Hari Kemerdekaan, TBIG Beri Bantuan Logistik untuk Prajurit TNI di Perbatasan
- Ditjen Bea Cukai Terima Hibah Alat Bantu Deteksi Narkotika dari INL-UNODC
- Indonesia dan AS Berkomitmen Tingkatkan Penegakan Hukum di Area Perbatasan
- Pengamat Dorong Pemerintah Segera Ambil Cara-Cara Diplomasi Soal Batas ZEE RI dan Vietnam