Kisah Tyas, Perempuan 25 Tahun yang Mengabdi di Pelosok Lombok
"Akses, infrastruktur, minim. Dusun Bangket Molo masih lebih bagus. Akses paling aman menuju Gubuk Panggel, ya dari Bangket Molo," katanya.
Perjalanan ke Bangket Molo dari jalan raya pun masih harus melalui jalan tanah dan berbatuan selama 30 menit.
"Ketika hujan tiba, tentu akses susah dilewati," ujar Tyas.
Di Bangket Molo, terdapat sekolah satu atap (SATAP), yakni SDN 6 Praya Barat dan SMPN 6 Praya Barat.
Sembilan anak Gubuk Panggel menimba ilmu di SATAP itu. Mereka ke sekolah berjalan kaki. Kendaraan tidak bisa melewati jalan yang mereka tempuh.
"Kalau musim panas, kendaraan masih bisa. Ketika musim hujan seperti saat ini, tidak bisa sama sekali," kata Tyas.
Buat Tyas, perjalanan dan keseharian seperti itu bukan hal baru.
Bersama Tastura Mengajar, perempuan lulusan PGSD Universitas Mataram itu sudah biasa melewati akses seperti itu.
Tyas memilih mengabdi di pelosok, membimbing anak-anak yang butuh perhatian dan pendidikan.
- Minakum Ditemukan Tewas Terbakar di Lombok Tengah
- Bagaimana Nasib Honorer Gagal PPPK 2024? Pejabat Bidang Kepegawaian pun Tak Tahu
- Soal Nasib Honorer yang Tak Lulus Seleksi PPPK 2024, Lalu Wardihan Bilang Begini
- Ups, Video WNA Mesum di Pantai Mandalika Tersebar
- Pembalap MotoGP 2024 Mulai Terbang ke Lombok, Pimpinan Klasemen Sudah di Bali
- Terapkan Cofiring, PLTU Jeranjang Turut Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Lombok